Rabu, 01 Juni 2011

5 Orang Terkaya di Indonesia 2010

Jadi kaya? wah semua orang pengen pastinya, apalagi di zaman modern begini kalau nggak kaya rasanya kurang bergairah hidup. Kaya dalam arti luas bukan berarti berbentuk harta tapi kaya pergaulan kaya hati dan yang paling utama kaya iman, iya dong.
Mereka-mereka dibawah ini boleh dibilang punya segalanya tapi apakah mereka punya yang namanya Iman, patut dipertanyakan. Majalah forbes edisi desember 2010 telah merilis daftar orang paling kaya di Indonesia, gw hanya nampilin mereka 5 orang aja. Dilihat dari face nya  mereka semua berketurunan china. Pertanyaan gw, kenapa majalah forbes nggak memasukan muka asli Indonesia yang mungkin mempunyai kekayaan lebih dari mereka berlima dibawah ini. Sungguh terlalu……..!!!

Sukanto Tanoto (lahir dengan nama Tan Kang Hoo di Belawan, Medan, 25 Desember 1949; umur 61 tahun) adalah seorang pengusaha asal Indonesia. Ia adalah CEO Raja Garuda Mas, sebuah perusahaan yang berkantor pusat di Singapura dengan usaha di berbagai bidang, terutamanya kertas dan kelapa sawit. Tanoto dinyatakan sebagai orang terkaya di Indonesia oleh majalah Forbes pada Desember 2010 dengan kekayaan 2 Miliar Dollar Amerika Serikat.

Robert Budi Hartono (Bahasa Mandarin:Oei Hwie Tjhong, lahir di Kudus tahun 1941) adalah pemilik dari salah satu perusahaan rokok kretek terbesar di Indonesia, Djarum. Robert adalah anak kedua dari Oei Wie Gwan, pendiri Djarum. Ia adalah orang terkaya di Asia Tenggara dan di dunia pada tahun 2005 menurut majalah Forbes, dengan kekayaan sebesar 2,3 miliar dolar AS dan telah di perbaharui lagi di bulan Desember 2010 dengan kekayaan kini 1,72 Miliar Dollar Amerika Serikat.  Pada tahun 2004, ia berada di posisi ke-8 dengan kekayaan sebesar 2,2 miliar dolar AS. Pada bulan Juli 2007, majalah Globe Asia menyatakan Robert sebagai orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan 4,2 miliar dolar AS atau sekitar 37,8 triliun rupiah.
Bambang Hartono (Bahasa Mandarin:Oei Hwie Siang, lahir di Kudus tahun 1929) adalah salah seorang pemilik perusahaan rokok kretek Indonesia, Djarum. Michael dan adiknya, Robert Budi Hartono, mewarisi Djarum setelah ayah mereka, Oei Wie Gwan, meninggal pada tahun 1963. Michael dan Robert bahu membahu mengibarkan bendera Djarum sampai ke luar negeri. Saat ini Djarum mendominasi pasar rokok kretek di Amerika Serikat, jauh melebihi Gudang Garam dan Sampoerna. Selain itu, saat ini Michael dan Robert merupakan pemegang saham terbesar dari Bank Central Asia. Mereka berdua menguasai 46 persen saham BCA. Kekayaan Michael yang di rilis majalah forbes pada Desember 2010 kini 1,62 Milliard Dollar Amerika Serikat.
Putera Sampoerna (lahir di Schiedam, Belanda, 13 Oktober 1947; umur 63 tahun) adalah seorang pengusaha Indonesia yang dikenal sebagai presiden ketiga perusahaan rokok PT. HM Sampoerna. Putera adalah generasi ketiga dari keluarga Sampoerna di Indonesia. Dia adalah putra dari Aga Sampoerna dan cucu dari Liem Seeng Tee, pendiri perusahaan Sampoerna.
Pria yang menggemari angka sembilan itu mulai menjadi figur penting dalam perusahaan setelah menerima tampuk pimpinan tertinggi sebagai chief executive officer dari ayahnya, Aga Sampoerna, pada 1986. Setelah Aga meninggal pada 1994, Putera semakin aktif menggenjot kinerja perusahaan dengan merekrut profesional mancanegara untuk turut mengembangkan kerajaan bisnisnya.
Putera dikenal luas sebagai nakhoda perusahaan yang tidak hanya lihai dalam melakukan inovasi produk inti perusahaannya, yakni rokok, namun juga jeli melihat peluang bisnis di segmen usaha lain. Di bisnis sigaret, nama Putera tidak bisa dihapus berkembangnya segmen pasar baru, yakni rokok rendah tar dan nikotin. HM Sampoerna adalah pelopor produk mild di tanah air dengan produknya, A Mild.
Martua lahir 49 tahun lalu di Pematang Siantar, Sumatera Utara. Ia sarjana ekonomi dari Universitas HKBP Nommensen, Medan yang kecilnya dikenal dengan nama Thio Seng Hap dan dikenal juga dengan panggilan A Hok. Martua memulai karir bisnisnya sebagai pedagang minyak sawit dan kelapa sawit di Indonesia dan Singapura. Bisnisnya berkembang pesat. Pada 1991 Martua mampu memiliki kebun kelapa sawit sendiri seluas 7.100 hektar di Sumatera Utara. Pada tahun yang sama pula Martua bisa membangun pabrik pengolahan minyak kelapa sawit pertamanya.Dari hasil usahanya kini kekayaannya 1,3 Milliard Dollard Amerika Serikat versi majalah forbes pada bulan desember 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar